JAKARTA – Penyidik Polres Metro Jakarta Timur resmi melimpahkan tahap II kasus penganiayaan dengan tersangka George Sugama Halim (GSH) ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur pada Jumat (28/2/2025). Dengan pelimpahan ini, tersangka dan barang bukti kini berada di bawah kewenangan jaksa untuk proses hukum lebih lanjut.
Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasipidum) Kejari Jakarta Timur, Yanuar Adi Nugroho, saat di ruang kerjanya membenarkan bahwa pelimpahan terhadap tersangka GSH dilakukan pada hari ini. “Terkait dengan berkas perkara tersangka dan barang bukti, telah kami lakukan penelitian dan kami terima dari penyidik. Rencananya, minggu depan berkas perkara akan kami limpahkan ke pengadilan,” ujarnya.
Saat ini, tersangka menjalani penahanan oleh penuntut umum selama 20 hari, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Mengenai jadwal persidangan, Kejari Jakarta Timur masih menunggu penetapan dari Pengadilan Negeri Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Latar Belakang Kasus
Kasus ini bermula dari aksi penganiayaan yang dilakukan George Sugama Halim terhadap seorang karyawan toko roti berinisial DA di Jalan Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, pada 17 Oktober 2024. Insiden ini terjadi setelah korban menolak permintaan tersangka untuk mengantarkan makanan ke kamar pribadinya. Tidak terima dengan penolakan tersebut, GSH kemudian melempar kursi ke arah korban, menyebabkan luka serius di kepala dan bahu.
Peristiwa ini sempat viral di media sosial setelah rekaman CCTV toko menunjukkan kejadian tersebut. Publik pun mengecam tindakan tersangka, mendorong kepolisian untuk segera melakukan penyelidikan. Setelah ditetapkan sebagai tersangka, GSH sempat buron hingga akhirnya ditangkap oleh tim gabungan Jatanras Polda Metro Jaya dan Sat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur di sebuah hotel di Sukabumi, Jawa Barat, pada 15 Desember 2024.
Ancaman Hukuman
Adapun ancaman pidana yang dihadapi tersangka, jika terbukti melanggar Pasal 351 ayat (2) KUHP terkait penganiayaan yang mengakibatkan luka berat, dapat dikenakan hukuman maksimal 5 tahun penjara. Sementara jika terbukti melanggar Pasal 351 ayat (1) KUHP terkait penganiayaan ringan, ancaman hukumannya maksimal 2 tahun 6 bulan penjara.
Pihak Kejaksaan kini tengah menyusun dakwaan sebelum kasus ini disidangkan.
Sementara itu, korban DA masih menjalani pemulihan akibat luka yang dideritanya. Keluarga korban dan berbagai komunitas pekerja berharap agar kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi dunia usaha, khususnya terkait perlindungan tenaga kerja dari tindakan kekerasan dan perlakuan sewenang-wenang di tempat kerja.
Kasus ini terus menjadi perhatian publik, terutama dalam kaitannya dengan hak-hak pekerja serta ketegasan aparat penegak hukum dalam menangani tindak kekerasan.
Penulis : Fahmy Nurdin
Editor : Fahmy Nurdin