Stabilitas Politik Dipertaruhkan Usai Reshuffle Lima Menteri

- Jurnalis

Rabu, 10 September 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Asri Pratiwi Tenggara pembawa acara memandu jalannya kegiatan dengan penuh semangat di atas panggung. Dengan mengenakan busana formal, ia tampak percaya diri menyampaikan informasi kepada audiens yang hadir, menciptakan suasana acara yang hangat dan interaktif.

Foto: Asri Pratiwi Tenggara pembawa acara memandu jalannya kegiatan dengan penuh semangat di atas panggung. Dengan mengenakan busana formal, ia tampak percaya diri menyampaikan informasi kepada audiens yang hadir, menciptakan suasana acara yang hangat dan interaktif.

JAKARTA – Terhadap Stabilitas Politik Kebangsaan
Reshuffle kabinet selalu menjadi drama politik yang menyedot perhatian publik, media, hingga pelaku pasar. Ia bukan sekadar soal pergantian wajah di kursi kementerian, melainkan juga menyangkut tafsir atas arah negara dan strategi kepemimpinan nasional dalam menghadapi tantangan kebangsaan. Peristiwa perombakan lima menteri dalam Kabinet Merah Putih baru-baru ini menjadi salah satu episode paling signifikan, karena menyangkut tokoh-tokoh penting yang selama ini dipandang sebagai pilar stabilitas, baik di bidang ekonomi maupun politik.

Nama Sri Mulyani Indrawati, misalnya, bukan hanya seorang menteri keuangan biasa. Ia dikenal sebagai teknokrat yang mumpuni, dihormati di kancah internasional, dan menjadi simbol integritas fiskal Indonesia. Pencopotannya di tengah gelombang protes sosial mengirimkan pesan ambigu. Di satu sisi, publik menafsirkan langkah ini sebagai jawaban atas keresahan rakyat terhadap kebijakan ekonomi yang dianggap elitis. Namun, di sisi lain, investor dan pelaku pasar justru merespons dengan kekhawatiran, karena hilangnya figur kredibel berpotensi memicu instabilitas keuangan. Reaksi pasar yang cukup tajam—turunnya indeks saham dan fluktuasi nilai tukar rupiah—menunjukkan betapa besar dampak politik terhadap ekosistem ekonomi.

Tidak hanya Sri Mulyani, pencopotan Budi Gunawan dari kursi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan juga menimbulkan pertanyaan serius. Posisi yang ia emban menyangkut jantung stabilitas negara: keamanan, hukum, dan politik. Pergantian mendadak di sektor ini mengisyaratkan adanya ketegangan internal atau kegagalan mengendalikan dinamika protes sosial yang meluas. Bagi masyarakat, peristiwa ini bisa dimaknai sebagai tanda bahwa pemerintah sedang mencari wajah baru untuk meredam ketidakpuasan. Namun, bagi kalangan elite politik, ini juga bisa memunculkan tafsir persaingan kekuasaan yang kian tajam.

Dua figur besar ini bukan satu-satunya korban reshuffle. Tercatat pula Dito Ariotedjo, Budi Arie Setiadi, dan Abdul Kadir Karding harus meninggalkan kursi kementeriannya. Kelima menteri ini, jika ditarik dalam garis besar, merepresentasikan spektrum kepentingan yang luas: ekonomi, politik, olahraga, koperasi, hingga perlindungan pekerja migran. Dengan demikian, reshuffle kali ini bukan hanya “operasi minor” yang menyasar sektor tertentu, melainkan operasi besar yang seolah hendak merombak fondasi kepercayaan antara pemerintah dengan rakyat.

Implikasi terhadap stabilitas politik kebangsaan jelas sangat signifikan. Politik Indonesia sejak lama berjalan di atas rel yang rapuh: persaingan elite yang kerap menyingkirkan substansi, serta keresahan rakyat yang sering kali hanya direspons dengan langkah-langkah jangka pendek. Reshuffle lima menteri bisa dibaca sebagai upaya taktis Presiden untuk menenangkan gejolak. Namun pertanyaannya: apakah strategi jangka pendek ini mampu melahirkan stabilitas jangka panjang?

Stabilitas politik kebangsaan sejatinya berdiri di atas dua pilar utama: legitimasi pemerintah dan kepercayaan rakyat. Legitimasi muncul ketika rakyat percaya bahwa pemerintah bekerja untuk kepentingan mereka, bukan sekadar menjaga kepentingan elite. Kepercayaan rakyat lahir ketika mereka melihat kebijakan yang adil, berpihak, dan konsisten. Namun, ketika pergantian menteri dilakukan tanpa penjelasan mendalam, publik rentan menganggapnya sebagai manuver politik semata. Akibatnya, bukannya menumbuhkan kepercayaan, reshuffle justru bisa memperlebar jurang antara pemerintah dan rakyat.

Selain itu, stabilitas kebangsaan tidak bisa dilepaskan dari dimensi ekonomi. Indonesia saat ini berada di persimpangan jalan: di satu sisi, ada dorongan kuat untuk mendorong pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi; di sisi lain, ada keresahan sosial akibat ketimpangan yang semakin nyata. Keputusan mengganti Menteri Keuangan akan sangat menentukan arah fiskal negara dalam menghadapi tantangan global: dari ancaman resesi, ketergantungan pada utang, hingga kebutuhan membiayai program-program sosial yang pro-rakyat. Jika pengganti Sri Mulyani gagal meyakinkan publik dan investor, stabilitas ekonomi bisa terguncang, yang pada gilirannya memperlemah stabilitas politik.

Implikasi dari perombakan ini ibarat dua sisi mata uang. Jika dijalankan dengan visi yang jelas, ia bisa menjadi momentum reformasi yang lebih nyata. Tetapi jika hanya menjadi kalkulasi politik jangka pendek, ia akan meninggalkan luka baru dalam perjalanan bangsa. Stabilitas politik kebangsaan tidak ditentukan oleh seberapa sering menteri diganti, melainkan seberapa konsisten pemerintah meletakkan rakyat sebagai pusat kebijakan.

Di saat Indonesia sedang mengalami gelombang protes politik yang luar biasa, dari kurun waktu 25 Agustus hingga saat ini, mengapa kemudian Presiden Prabowo terkesan lebih mengedepankan kepentingan segelintir elite dan partai, namun minim sumbangsih terhadap gelombang aspirasi rakyat? Padahal, ketika melihat status dan hierarki negara, tentu Presiden merupakan kepala eksekutif yang bisa membantu mendorong semua lembaga yang akhir-akhir ini menjadi sorotan publik, seperti legislatif.

Dengan dorongan dari Presiden sebagai kepala eksekutif, akan memudahkan realisasi tuntutan masyarakat seperti yang sedang ramai di media sosial dalam “17+8 Tuntutan”. Salah satu tuntutannya mungkin mengakhiri dan membatalkan kebijakan kenaikan tunjangan DPR RI yang fantastis dan mengesahkan RUU Perampasan Aset. Namun, dengan adanya kabar politik soal reshuffle lima menteri, publik dibuat bingung. Apakah ini langkah konstruktif Presiden untuk memberikan suasana politik yang lebih baik atau malah menjadi ancaman bagi politik kebangsaan itu sendiri?

Pada akhirnya, perombakan lima menteri Kabinet Merah Putih harus dibaca bukan sekadar sebagai catatan politik harian, melainkan sebagai cermin dari dinamika kebangsaan kita. Cermin itu memperlihatkan betapa rapuh sekaligus tangguhnya bangsa ini: rapuh karena mudah terguncang oleh kepentingan sesaat, namun tangguh karena selalu mampu bangkit di tengah badai. Tugas kita bersama adalah memastikan bahwa setiap reshuffle bukan hanya pergantian nama, melainkan langkah strategis menuju Indonesia yang lebih adil, stabil, dan bersatu.

Berita Terkait

Batu Ajaib Gunma, Rahasia Jepang Bikin Air Segar dan Aman Dimana Saja
Stan Kopi Santri Jadi Magnet Pengunjung Bazar UP2K PKK Jakarta
Harusnya Jadi Ruang Hijau, Fasum Kalideres Permai Justru Ditempati Usaha Pribadi
Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan TK Cilandak Bersama YPJI dan Arzeti Bilbina Beri Gratis Iuran
Semarak 17 Agustus di RT 007 RW 08 Rawamangun: Wujud Persatuan Warga
Polsek, Koramil, dan Satpol PP Kompak Jaga Kemayoran dari 3C hingga Tawuran
Satpol PP Jakarta Pusat Tertibkan Empat Juru Parkir Liar di Depan Manggala Wanabakti
PLN Ingatkan Warga: Pasang Bendera dan Umbul-Umbul Jangan Dekat Kabel Listrik

Berita Terkait

Rabu, 10 September 2025 - 12:35 WIB

Stabilitas Politik Dipertaruhkan Usai Reshuffle Lima Menteri

Selasa, 9 September 2025 - 20:40 WIB

Batu Ajaib Gunma, Rahasia Jepang Bikin Air Segar dan Aman Dimana Saja

Senin, 8 September 2025 - 10:58 WIB

Stan Kopi Santri Jadi Magnet Pengunjung Bazar UP2K PKK Jakarta

Rabu, 27 Agustus 2025 - 10:21 WIB

Harusnya Jadi Ruang Hijau, Fasum Kalideres Permai Justru Ditempati Usaha Pribadi

Selasa, 19 Agustus 2025 - 21:50 WIB

Sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan TK Cilandak Bersama YPJI dan Arzeti Bilbina Beri Gratis Iuran

Berita Terbaru