JAKARTA – Puluhan pedagang kaki lima (PKL) yang biasa berjualan di area sekitar Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), Kemayoran, tengah menghadapi masa penuh kegelisahan. Hal ini menyusul diterbitkannya Surat Pemberitahuan (SP) dari Pusat Pengelola Komplek Kemayoran (PPKK) dengan nomor: B-711/PPKK/DIRUT/PM.01/06/2025, yang membatasi aktivitas mereka selama gelaran PRJ berlangsung.
Surat tersebut, yang ditujukan untuk menjaga ketertiban dan keamanan perhelatan akbar PRJ dari tanggal 19 Juni hingga 13 Juli 2025 dalam rangka HUT ke-498 DKI Jakarta, dianggap memberatkan bagi para pedagang kecil yang sudah lama menggantungkan hidup di kawasan itu.
“Saya sudah berdagang di sini sejak PRJ pindah dari Monas ke Kemayoran. Kami selalu mengikuti aturan, menjaga lingkungan, dan tidak pernah mengganggu,” ujar salah satu pedagang yang enggan disebut namanya. Ia menambahkan, banyak dari mereka kesulitan menyewa lahan resmi karena keterbatasan ekonomi dan tak mampu bersaing dengan pengusaha besar.
Para pedagang menyayangkan tidak adanya kebijakan khusus dari PPKK untuk memfasilitasi keikutsertaan PKL lokal dalam PRJ, yang sejatinya dikenal sebagai pesta rakyat. Mereka berharap keberadaan mereka tidak dianggap sebagai gangguan, melainkan bagian dari tradisi dan budaya Betawi yang turut meramaikan suasana.
“Seharusnya pengelola kawasan mendukung visi Presiden Prabowo yang sedang mendorong pemberdayaan UMKM. Bukankah ini momen tepat untuk mengangkat ekonomi rakyat kecil?” lanjutnya.
Kehadiran PKL dinilai turut memperkaya pengalaman pengunjung PRJ. Hal ini diamini oleh salah satu pengunjung yang mengaku senang bisa menikmati makanan khas Jakarta seperti kerak telor dengan harga terjangkau.
“Kalau tidak ada pedagang kaki lima, PRJ terasa kering. Justru mereka yang bikin suasana meriah dan terjangkau untuk semua kalangan,” katanya.
Dalam harapannya, para PKL meminta kepada PPKK agar diberikan ruang untuk tetap berdagang secara tertib, seperti tahun-tahun sebelumnya, sebagai bentuk nyata keterlibatan warga dalam memeriahkan pesta rakyat tahunan ini.
Mereka juga berjanji menjaga ketertiban dan menjamin tidak ada praktik premanisme selama acara berlangsung.
“Kami ingin ikut merayakan ulang tahun Jakarta. Jangan hanya kami yang tak diberi tempat di kota sendiri,” tutup perwakilan pedagang dengan nada kecewa.
Editor : Helmi AR