SIDOARJO – Tim gabungan Search and Rescue (SAR) akhirnya menuntaskan proses evakuasi korban dalam tragedi robohnya bangunan mushala di kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Setelah hampir sepekan melakukan pencarian di bawah reruntuhan beton, seluruh korban yang sempat dinyatakan hilang berhasil ditemukan.
Deputi Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Mayjen TNI Budi Irawan, dalam konferensi pers virtual pada Selasa (7/10/2025), mengonfirmasi bahwa sebanyak 61 jenazah ditemukan dalam kondisi utuh, sementara tujuh lainnya berupa potongan tubuh (body part).
“Alhamdulillah, kita telah temukan seluruh jenazah yang sebelumnya dilaporkan hilang, meskipun ini masih bersifat perkiraan. Dari total temuan, 61 dalam kondisi utuh dan tujuh lainnya berupa bagian tubuh yang masih akan diidentifikasi,” ujarnya.
Budi menambahkan, identifikasi akhir akan dilakukan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri guna memastikan apakah tujuh potongan tubuh tersebut merupakan bagian dari dua korban lain atau merupakan entitas berbeda.
“Area reruntuhan kini sudah rata dengan tanah. Sangat kecil kemungkinan masih ada jenazah tertinggal. Namun, untuk kepastian total, kita menunggu hasil DVI. Secara teknis, body part tidak bisa dikategorikan sebagai jenazah, tapi diperkirakan merupakan bagian dari korban yang sama,” jelas Budi.
Proses evakuasi yang dilakukan sejak bangunan ambruk pada Senin (29/9/2025) itu melibatkan ratusan personel dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan masyarakat.
Hingga Senin malam (6/10/2025), tim gabungan berhasil mengevakuasi total 170 korban, terdiri dari 104 orang selamat dan 66 meninggal dunia, termasuk tujuh korban yang tidak ditemukan dalam kondisi utuh.
Tragedi ini menjadi salah satu bencana konstruksi paling mematikan di lingkungan pendidikan keagamaan dalam satu dekade terakhir di Jawa Timur.
Diketahui, Pengasuh Pondok Pesantren Al Khoziny, KH. Abdus Salam Mujib, dikenal luas sebagai tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur. Ia merupakan penerus generasi keempat dari pesantren yang didirikan oleh KH. Raden Khozin Khoiruddin sekitar tahun 1920-an.
Abdus Salam Mujib adalah putra dari KH. Abdul Mujib dan Nyai Hj. Mudawwamah, seorang hafidhah asal Pasuruan. Dari garis keturunan ibunya, ia masih memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan pendiri NU, KH. Wahab Hasbullah, menjadikan Al Khoziny salah satu pesantren yang memiliki sejarah panjang dan pengaruh kuat di kalangan pesantren tradisional Jawa Timur.
Sejak wafatnya sang ayah pada 5 Oktober 2010, Abdus Salam Mujib memegang tampuk kepemimpinan pesantren. Selain sebagai pengasuh, ia juga menjabat sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo dan pernah dipercaya sebagai Ketua Dewan Syuro PKB Jawa Timur.
Menurut Abdus Salam Mujib, bangunan yang roboh merupakan gedung tiga lantai yang baru memasuki tahap pengecoran atap lantai tiga.
Gedung itu dirancang untuk musala di lantai dasar, balai pertemuan di lantai dua dan tiga, serta menjadi bagian akhir dari proyek renovasi besar-besaran yang sudah berlangsung beberapa bulan.
“Bangunan ini sebenarnya dirancang dengan baik, tapi mungkin Allah berkehendak lain. Kami akan tetap evaluasi semua aspek agar peristiwa seperti ini tidak terulang,” ujarnya dalam pernyataan yang beredar di media sosial.
Dengan nada penuh keikhlasan, ia menegaskan bahwa musibah tersebut harus disikapi dengan kesabaran dan tawakal.
“Saya kira ini memang takdir dari Allah. Jadi semuanya harus bisa bersabar, mudah-mudahan Allah memberi ganti yang lebih baik,” kata Abdus Salam Mujib.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bersama Kementerian PUPR dan aparat kepolisian kini tengah melakukan investigasi menyeluruh terhadap penyebab ambruknya bangunan.
Dugaan awal mengarah pada kelemahan struktur saat proses pengecoran, namun hasil resmi baru akan diumumkan setelah uji forensik bangunan rampung.
Sementara itu, BNPB dan Pemprov Jawa Timur telah menyalurkan bantuan logistik dan santunan kepada keluarga korban. Gubernur Jatim dijadwalkan meninjau lokasi pada pekan ini untuk memastikan proses pemulihan berjalan cepat.
Tragedi di Ponpes Al Khoziny menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya keselamatan konstruksi di lembaga pendidikan keagamaan, yang sering kali membangun fasilitas baru melalui swadaya masyarakat.
Meskipun duka masih menyelimuti keluarga besar pesantren, aktivitas keagamaan di lingkungan pondok mulai berjalan kembali secara terbatas.
Ribuan santri dan alumni Al Khoziny di seluruh Indonesia menggelar doa bersama, memohon agar para korban mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.
“Kami akan terus berjuang melanjutkan perjuangan para kiai dan pendiri pondok ini. Musibah ini tidak akan mematahkan semangat kami untuk terus berkhidmat di jalan dakwah,” tutur salah satu pengurus pondok.
Dengan ditemukannya seluruh korban dan berakhirnya masa evakuasi, tragedi robohnya mushala Al Khoziny kini memasuki fase pemulihan dan introspeksi.
Pemerintah dan masyarakat pesantren bersepakat untuk memastikan bahwa keamanan dan keselamatan menjadi prioritas utama dalam setiap pembangunan di masa mendatang.
Penulis: Fahmy Nurdin
Editor: Fahmy Nurdin