JAKARTA — Dalam rangka memperingati Hari Bela Negara ke-77, Media Nasional Sorot News bekerja sama dengan Solidaritas Bela Indonesia Raya (Satria), organisasi kemasyarakatan binaan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, menyelenggarakan Launching Buku berjudul “Bangkit Untuk Negeri Bersama dalam Bela Negara”. Kegiatan tersebut digelar di Aula Kampus Pascasarjana Universitas Pertahanan RI, Jalan Salemba Raya No. 14, Jakarta Pusat, Minggu (21/12/2025).
Acara peluncuran buku yang sarat nilai kebangsaan ini awalnya dijadwalkan dihadiri oleh Wakil Panglima TNI Jenderal TNI Taryo Budi Revita serta Wakil Rektor III Universitas Pertahanan RI sebagai narasumber. Namun, karena padatnya agenda tugas internal, kedua pejabat tersebut berhalangan hadir. Meski demikian, kegiatan launching tetap berlangsung khidmat, meriah, dan penuh makna.
Salah satu penulis buku, Prof. Drs. Owin Jamasy Jamaluddin, M.Hum., MM., Ph.D, yang ditulis bersama Brigadir Jenderal TNI G. Eko Sunarto, S.Pd., M.Si., serta Editor Saripudin Ranex, CPP, dan Kolonel Adm. Amiruddin Laupe, S.Sos., MM., memaparkan substansi buku Bangkit Untuk Negeri Bersama dalam Bela Negara. Pemaparan dimulai dari konsep dasar Bela Negara, sejarah Bela Negara, hingga penegasan bahwa Bela Negara merupakan bagian integral dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Kegiatan hari ini bukan sekadar peluncuran buku. Ini adalah seruan strategis untuk memperkuat karakter bangsa dan pertahanan negara. Ini juga penegasan bahwa pertahanan Indonesia adalah pertahanan berbasis rakyat. Dan rakyat yang kuat hanya lahir dari bangsa yang sadar akan kewajiban suci yang disebut Bela Negara,” tegas Prof. Owin dalam paparannya.
Ia menambahkan, peluncuran buku yang dilaksanakan di lingkungan Universitas Pertahanan RI memiliki nilai simbolik sekaligus strategis. Kampus tersebut merupakan center of excellence pertahanan negara, tempat para calon pemimpin pertahanan masa depan ditempa, serta pusat pengembangan ilmu pengetahuan militer dan sains pertahanan.
“Buku ini melengkapi perjalanan panjang bangsa dalam memperkuat komponen pertahanan negara, baik dari sisi sumber daya manusia maupun karakter kebangsaan,” jelasnya.
Menurut Prof. Owin, Indonesia saat ini tidak lagi hanya menghadapi ancaman konvensional, melainkan ancaman yang bersifat multidimensional, lintas batas, bergerak cepat, bercorak digital, dan sering kali tidak kasat mata.
“TNI tidak bisa berdiri sendiri, Kementerian Pertahanan tidak bisa bekerja sendiri, dan pemerintah juga tidak mungkin bekerja sendiri. Di sinilah pentingnya Sistem Pertahanan Semesta (Sishankamrata). Sishankamrata bukan doktrin kosong, melainkan fondasi dan karakter pertahanan Indonesia. Dalam konteks ini, Bela Negara memegang peran sentral,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Prof. Owin menyampaikan lima pokok utama yang menjadi inti gagasan dalam buku tersebut. Pertama, Bela Negara sebagai kekuatan karakter, yang mencakup disiplin, integritas, moral, gotong royong, dan kecintaan tanpa syarat kepada tanah air. Kedua, keberagaman sebagai kekuatan pertahanan nasional, di mana pluralitas bangsa justru menjadi cadangan strategis identitas nasional.
Ketiga, sinergi desa dan kota dalam membangun pertahanan sosial. Desa dipandang sebagai benteng ketahanan pangan, budaya, dan sosial, sementara kota menjadi motor ekonomi dan inovasi teknologi. Keempat, tantangan era digital dan perang informasi, yang menuntut penguatan literasi digital, keamanan siber, dan pertahanan informasi. Kelima, peran sentral pemuda, khususnya generasi muda yang adaptif, kreatif, dan kritis, sebagai subjek utama Bela Negara masa depan.
“Buku ini bukan sekadar literatur, melainkan bahan ajar, bahan penelitian, rujukan kebijakan, dan pedoman pembinaan kesadaran Bela Negara. Bagi Universitas Pertahanan, buku ini memperkaya kajian akademik. Bagi TNI, buku ini memperkuat moral force dalam pembinaan personel dan teritorial,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa bangsa Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan global, seperti kompetisi geopolitik, perubahan iklim, perang informasi, krisis pangan dan energi, potensi konflik regional, serta polarisasi sosial. Untuk itu, penguatan keutuhan bangsa, jati diri bangsa, dan karakter kebangsaan menjadi keniscayaan.
“TNI berdiri di garda terdepan, tetapi rakyat adalah pondasi yang menjadikannya kokoh,” pungkas Prof. Owin.
Acara launching buku ini turut dihadiri oleh Ahnas, S.Ag., M.Si., Direktur Jenderal Penempatan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI), Ali Nurdin Abdurrahman, Ketua Umum F-Buminu Sarbumusi–NU, perwakilan organisasi kemasyarakatan Bela Negara binaan Kementerian Pertahanan, kalangan akademisi, serta insan pers nasional.*




































