Vaksin TBC dan Kekhawatiran Efek Jangka Panjang: Suara Kritis dari Seorang Psikiater

- Jurnalis

Senin, 16 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Kolase Ilustrasi Vaksin BCG dan Psikiater Dr. Mintarsih Abdul Latief, Sp.KJ. (Dok-Shutterstock/Fhm/Okj)

Foto: Kolase Ilustrasi Vaksin BCG dan Psikiater Dr. Mintarsih Abdul Latief, Sp.KJ. (Dok-Shutterstock/Fhm/Okj)

JAKARTA – Maraknya wacana pemberian vaksin TBC secara masif mendapat sorotan dari berbagai kalangan, termasuk dari dunia psikiatri. Salah satu suara kritis datang dari Dr. Mintarsih Abdul Latief, Sp.KJ, yang mempertanyakan urgensi dan keamanan vaksinasi TBC jika tidak dilakukan dengan pendekatan yang selektif dan berbasis risiko lingkungan.

“Dulu TBC itu memang banyak, tapi pengobatannya bisa berhasil tanpa semua orang harus divaksin. Apakah wajar jika seluruh populasi divaksin untuk mengantisipasi kelompok kecil saja? Mengapa tidak fokus pada lingkungan yang memang terdampak?” ujarnya dalam wawancara khusus, di kawasan Buncit, Jakarta Selatan, Senin (16/6).

Menurutnya, pendekatan vaksin di masa lalu cukup menggunakan kuman yang dilemahkan, sehingga tubuh bisa membentuk antibodi secara alami. Namun, kini banyak vaksin bekerja dengan pendekatan rekayasa genetik, termasuk menyasar langsung ke DNA. Hal ini, kata Mintarsih, menimbulkan kekhawatiran akan efek jangka panjang yang belum sepenuhnya diketahui.

“Dulu ada efek samping terhadap organ tubuh seperti jantung. Kita tidak langsung tahu efeknya, karena itu baru tampak setelah waktu yang cukup panjang,” tambahnya.

Dr. Mintarsih menegaskan bahwa setiap intervensi medis, termasuk vaksin, tentu memiliki efek positif dan negatif. Namun yang menjadi sorotan adalah kurangnya transparansi dan studi jangka panjang yang mendalam.

“Kalau vaksin baru, kita belum tahu jangka panjangnya bagaimana. Kalau pendek sih mungkin mengatasi, tapi panjangnya? Banyak yang baru terdeteksi kemudian hari. Bahkan obat saja ada efek sampingnya, apalagi vaksin,” ujarnya.

Ia juga menyayangkan apabila vaksin diberikan secara massal di lingkungan yang sebenarnya tidak menunjukkan kasus aktif. Menurutnya, ketakutan berlebihan justru bisa menimbulkan kecemasan kolektif yang tidak perlu.

“Kalau di lingkungan kita tidak ada TBC, kenapa harus divaksin? Itu pertanyaan yang layak diajukan,” ujarnya tajam.

Dr. Mintarsih menutup dengan pesan agar kebijakan kesehatan publik tetap bersandar pada kehati-hatian, transparansi, dan evaluasi ilmiah yang terbuka.

Catatan Redaksi

Pernyataan Dr. Mintarsih mencerminkan pandangan kritis yang penting dalam diskursus kesehatan publik. Namun, pembaca juga perlu memahami bahwa vaksinasi telah terbukti menjadi salah satu pilar dalam pengendalian penyakit menular, termasuk TBC. Oleh karena itu, pandangan seperti ini harus diimbangi dengan data epidemiologis dan rekomendasi dari lembaga medis resmi.

Penulis : Fahmy Nurdin

Editor : Fahmy Nurdin

Berita Terkait

Konser Iwan Fals dan Band T’Koos Jadi Epilog Spektakuler di Ex Hanggar Teras Pancoran
Pengukuhan Dewan Pakar, Bakawal Siap Kawal Keamanan Wilayah hingga Tingkat RT-RW
Monorel Jakarta, Antara Janji Masa Lalu dan Harapan Masa Depan
Johar Baru Dipilih Jadi Titik Deklarasi HANI, Wali Kota Serukan Perlawanan terhadap Narkoba
Transformasi Awam Katolik: FMKI Tancap Gas Lewat Pernas XII di Depok
INDOFEST 2025 Resmi Dibuka, Hadirkan 139 Brand dan Kampanye Kurangi Sampah Plastik
Pokja PWl Dukung Program Infrastruktur, Wali Kota Jaksel Harap Publikasi Berkelanjutan
Drs. Arifin M.AP Wali Kota Jakarta Pusat Resmi Buka Pelatihan Mengemudi SIM A Gratis, Dorong Keterampilan Kerja

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 10:47 WIB

Vaksin TBC dan Kekhawatiran Efek Jangka Panjang: Suara Kritis dari Seorang Psikiater

Minggu, 15 Juni 2025 - 02:18 WIB

Konser Iwan Fals dan Band T’Koos Jadi Epilog Spektakuler di Ex Hanggar Teras Pancoran

Sabtu, 14 Juni 2025 - 15:07 WIB

Pengukuhan Dewan Pakar, Bakawal Siap Kawal Keamanan Wilayah hingga Tingkat RT-RW

Jumat, 13 Juni 2025 - 16:21 WIB

Monorel Jakarta, Antara Janji Masa Lalu dan Harapan Masa Depan

Jumat, 13 Juni 2025 - 14:33 WIB

Johar Baru Dipilih Jadi Titik Deklarasi HANI, Wali Kota Serukan Perlawanan terhadap Narkoba

Berita Terbaru