JAKARTA – Maraknya wacana pemberian vaksin TBC secara masif mendapat sorotan dari berbagai kalangan, termasuk dari dunia psikiatri. Salah satu suara kritis datang dari Dr. Mintarsih Abdul Latief, Sp.KJ, yang mempertanyakan urgensi dan keamanan vaksinasi TBC jika tidak dilakukan dengan pendekatan yang selektif dan berbasis risiko lingkungan.
“Dulu TBC itu memang banyak, tapi pengobatannya bisa berhasil tanpa semua orang harus divaksin. Apakah wajar jika seluruh populasi divaksin untuk mengantisipasi kelompok kecil saja? Mengapa tidak fokus pada lingkungan yang memang terdampak?” ujarnya dalam wawancara khusus, di kawasan Buncit, Jakarta Selatan, Senin (16/6).
Menurutnya, pendekatan vaksin di masa lalu cukup menggunakan kuman yang dilemahkan, sehingga tubuh bisa membentuk antibodi secara alami. Namun, kini banyak vaksin bekerja dengan pendekatan rekayasa genetik, termasuk menyasar langsung ke DNA. Hal ini, kata Mintarsih, menimbulkan kekhawatiran akan efek jangka panjang yang belum sepenuhnya diketahui.
“Dulu ada efek samping terhadap organ tubuh seperti jantung. Kita tidak langsung tahu efeknya, karena itu baru tampak setelah waktu yang cukup panjang,” tambahnya.
Dr. Mintarsih menegaskan bahwa setiap intervensi medis, termasuk vaksin, tentu memiliki efek positif dan negatif. Namun yang menjadi sorotan adalah kurangnya transparansi dan studi jangka panjang yang mendalam.
“Kalau vaksin baru, kita belum tahu jangka panjangnya bagaimana. Kalau pendek sih mungkin mengatasi, tapi panjangnya? Banyak yang baru terdeteksi kemudian hari. Bahkan obat saja ada efek sampingnya, apalagi vaksin,” ujarnya.
Ia juga menyayangkan apabila vaksin diberikan secara massal di lingkungan yang sebenarnya tidak menunjukkan kasus aktif. Menurutnya, ketakutan berlebihan justru bisa menimbulkan kecemasan kolektif yang tidak perlu.
“Kalau di lingkungan kita tidak ada TBC, kenapa harus divaksin? Itu pertanyaan yang layak diajukan,” ujarnya tajam.
Dr. Mintarsih menutup dengan pesan agar kebijakan kesehatan publik tetap bersandar pada kehati-hatian, transparansi, dan evaluasi ilmiah yang terbuka.
Catatan Redaksi
Pernyataan Dr. Mintarsih mencerminkan pandangan kritis yang penting dalam diskursus kesehatan publik. Namun, pembaca juga perlu memahami bahwa vaksinasi telah terbukti menjadi salah satu pilar dalam pengendalian penyakit menular, termasuk TBC. Oleh karena itu, pandangan seperti ini harus diimbangi dengan data epidemiologis dan rekomendasi dari lembaga medis resmi.
Penulis : Fahmy Nurdin
Editor : Fahmy Nurdin