Nusa Dua – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB Ikasi), Amir Yanto, menyebut Kejuaraan Anggar Asia 2025 di Bali sebagai bukti bahwa olahraga dan pariwisata dapat tumbuh berdampingan. Ia juga menyoroti peran kejuaraan ini sebagai ruang perjumpaan antarbangsa di tengah ketegangan geopolitik global.

“Olahraga bukan sekadar arena kompetisi. Ia bisa menjadi jembatan perdamaian, mempererat hubungan antarnegara,” kata Amir dalam sambutannya pada acara pembukaan yang digelar di Ballroom The Westin Resort, Nusa Dua, Selasa malam, 17 Juni 2025.
Turnamen ini diikuti 830 atlet dan ofisial dari 27 negara. Mereka bertanding selama sepekan di Bali, mempertandingkan tiga jenis senjata—sabel, floret, dan degen—baik untuk nomor individu maupun beregu.
Amir menekankan bahwa kehadiran ratusan delegasi internasional di tengah situasi global yang tidak stabil membuktikan kekuatan olahraga sebagai pemersatu. Ia menyebut beberapa negara batal hadir karena situasi geopolitik, namun solidaritas tetap terasa di antara mereka yang datang. “Mari kita doakan agar dunia segera damai. Anggar bukan hanya soal teknik, tetapi juga kehormatan dan etika,” ujarnya.
Bali dipilih bukan tanpa alasan. Menurut Amir, pulau ini tak hanya menawarkan keindahan alam dan budaya, tapi juga menjadi simbol harmoni dan keramahtamahan. PB Ikasi ingin menjadikan momen ini sebagai bagian dari upaya mendukung sport tourism yang tengah digalakkan pemerintah.
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari. menyebut kejuaraan ini sebagai tonggak penting bagi PB Ikasi. “Bali menjadi saksi sejarah bagi Amir Yanto—tempat ia terpilih sebagai ketua umum, dan kini menjadi tuan rumah turnamen anggar terbesar di Asia Pasifik,” katanya.
Okto berharap kepercayaan dunia terhadap Indonesia makin menguat. Ia menyerukan agar anggar tak hanya dipandang sebagai cabang olahraga, tapi juga bahasa damai yang menyatukan bangsa-bangsa.
Acara pembukaan berlangsung meriah, menampilkan seni pertunjukan bernuansa lokal yang memadukan unsur anggar dengan tari Bali. Sebuah cara halus, namun kuat, untuk memperkenalkan wajah Indonesia yang damai, terbuka, dan siap menyambut dunia.
Editor : Helmi AR