JAKARTA – Redea Institute, lembaga pendidikan yang sebelumnya dikenal dengan nama HighScope Indonesia Institute, kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Redea menggelar Konferensi Tahunan Internasional ke-15 dengan mengusung tema “Menggagas Ulang Pendidikan di Era Digital”.
Redea Institute menempatkan pengembangan guru, administrator, dan tenaga kependidikan sebagai fondasi utama keberhasilan siswa.
Melalui konferensi tahunan ini, Redea menghadirkan forum besar untuk membangun kolaborasi lintas disiplin, memperluas wawasan, dan mendorong transformasi pendidikan yang relevan dengan tantangan zaman.
Konferensi 2025 menyoroti isu-isu strategis seperti peran Artificial Intelligence (AI) di ruang kelas, kesetaraan digital, pembelajaran berbasis data, model pembelajaran hibrida, personalisasi belajar, suara siswa, kepemimpinan etis, hingga kesejahteraan guru dan peserta didik.
Antarina S.F Amir, Pendiri sekaligus CEO Redea Institute, menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan terletak pada kualitas guru.
“Kami selalu berpegang pada misi untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak Indonesia. Kolaborasi dengan pakar pendidikan dunia adalah bagian dari upaya kami memastikan guru dan sekolah siap menghadapi tantangan global,” ujar Antarina dalam pidato pembukaan, Kamis (2/10/2025).
Tahun ini, Redea Institute menghadirkan Dr. John T. Almarode, pakar pendidikan internasional dan penulis sejumlah buku penting seperti Teacher Clarity dan How Learning Works: A Playbook.
Selain itu, hadir pula Kenneth Shelton, pakar teknologi pendidikan sekaligus Apple Distinguished Educator, serta Bryan Goodwin, CEO McREL International yang dikenal dengan riset dan publikasinya di bidang inovasi pembelajaran.
Dr. Almarode menekankan pentingnya peran guru di tengah derasnya arus digitalisasi.
“AI bisa menjadi alat bantu luar biasa, tetapi tidak bisa menggantikan peran guru. Dari pandemi Covid-19 kita belajar, guru tetap menjadi kunci keberhasilan pembelajaran,” ujarnya.
Selain pembicara internasional, Redea Institute juga memberi ruang bagi para pendidik lokal dalam sesi khusus bertajuk Learning Heroes.
Dalam sesi ini, guru-guru dari PAUD hingga SMA yang tergabung dalam jaringan sekolah Redea berbagi strategi, praktik terbaik, dan pengalaman nyata di ruang kelas.
Sesi tersebut menjadi momentum untuk mengangkat suara guru sebagai garda terdepan pendidikan. Kehadiran mereka di panggung konferensi membuktikan bahwa inovasi pendidikan tidak hanya lahir dari teori akademik, tetapi juga dari praktik harian di kelas.
Dengan menghadirkan ribuan peserta dari Indonesia maupun luar negeri, Redea Institute berharap konferensi ini dapat memperkuat jaringan global antarpendidik. Diskusi lintas generasi, lintas budaya, dan lintas bidang diyakini dapat mendorong terciptanya pendidikan yang lebih relevan, inklusif, dan berkelanjutan.
Redea menegaskan bahwa konferensi tahunan bukan hanya agenda seremonial, melainkan sarana refleksi dan inovasi nyata. Melalui tema “Menggagas Ulang Pendidikan di Era Digital”, Redea mendorong pendidik untuk tidak hanya memikirkan apa yang diajarkan, tetapi juga bagaimana dan mengapa pendidikan perlu bertransformasi.
“Kami ingin guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan pulang dari konferensi ini dengan semangat baru: semangat untuk berinovasi, berkolaborasi, dan terus belajar demi masa depan anak-anak,” tutup Antarina.
Dengan gelaran ini, Redea Institute meneguhkan kembali perannya sebagai motor perubahan pendidikan di Indonesia, mempersiapkan pendidik menghadapi berbagai tantangan baru, sekaligus menginspirasi generasi siswa untuk tumbuh menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Penulis: Fahmy Nurdin
Editor: Fahmy Nurdin