Jakarta — Ribuan umat Buddha dari berbagai daerah memadati kawasan Riverwalk Island, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Minggu (9/11/25), untuk memperingati satu tahun perjalanan Si Mian Fo ikon spiritual yang kini menjadi simbol harmoni baru di ibu kota.
Acara yang berlangsung sejak sore hari itu menghadirkan suasana khidmat sekaligus meriah. Lautan lentera, aroma dupa, dan lantunan paritta menciptakan nuansa damai di tengah modernitas kawasan PIK.
Perayaan ini dihadiri jajaran pejabat Kementerian Agama RI, termasuk Direktur Urusan Pendidikan Agama Buddha dan Sesdirjen Bimas Buddha, serta perwakilan dari Agung Sedayu Group dan Salim Group. Sejumlah pimpinan majelis, vihara, yayasan, serta tokoh lintas komunitas juga turut hadir, menandai bahwa keberadaan Si Mian Fo telah melampaui sekat keagamaan dan sosial.
Upacara doa bersama dipimpin oleh YM Bhikkhu Khanit Sannano Mahathera bersama sekitar 40 bhikkhu Sangha dan suhu. Dalam suasana penuh keteduhan, umat memanjatkan doa untuk kedamaian dan kemakmuran bangsa.
“Perjalanan satu tahun ini bukan hanya ritual spiritual, tapi perjalanan batin yang menyatukan umat lintas aliran. Si Mian Fo menjadi cahaya yang menuntun banyak hati,” ujar Ketua Panitia, Parlin, kepada wartawan.
Rangkaian upacara juga dipimpin oleh KRT Romo Asun Gotama, yang menekankan makna reflektif dari momentum tersebut — tentang pentingnya menjaga keseimbangan batin di tengah hiruk pikuk kehidupan urban.
Menurut Agung Sedayu Group, Si Mian Fo dibangun pada 2024 dengan filosofi empat kebajikan agung: cinta kasih (metta), belas kasih (karuna), simpati (mudita), dan keseimbangan batin (upekkha). Kini, tempat ibadah yang menjulang di tepi sungai itu telah menjadi destinasi religi sekaligus wisata spiritual yang ramai dikunjungi masyarakat.
Lebih dari sekadar tempat sembahyang, Si Mian Fo kini tumbuh sebagai ruang perjumpaan nilai — antara spiritualitas, budaya, dan kemajuan kota. Di tengah gemerlap PIK, ribuan umat menemukan kembali ketenangan: bahwa kedamaian sejati tak pernah jauh, hanya perlu hati yang diam dan terbuka untuk merasakannya. ***
Penulis: M Chair




































