Sabang — Di usia yang baru 17 tahun, Tgk. Muchtar Andhika memikul amanah besar yang jarang disandang generasi seusianya. Remaja asal Gampong Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang itu kini menjadi Imam Besar Masjid Al-Falah, menggantikan peran seniornya dan membimbing masyarakat di kota paling barat Indonesia. (19/11/25).
Andhika resmi ditunjuk sebagai imam pada 23 September 2023. Sebelum berada di posisi puncak, ia meniti perjalanan dari muazzin, kemudian menjadi wakil imam mendampingi Abi H. Nazaruddin, S.Pd.I., sosok yang selama ini menjadi panutan dan pembimbing spiritualnya. Ketika sang guru harus fokus mengelola pesantren yang semakin berkembang, estafet kepemimpinan masjid diserahkan sepenuhnya kepada Andhika.
“Ini amanah besar dari Allah yang harus dijaga. Kadang ada suka, ada duka. Tapi selama diniatkan karena Allah, insyaAllah semuanya terasa ringan,” ujar Andhika, dengan nada teduh yang mencerminkan kedewasaan di balik usianya.
Sebagai putra asli Sabang, Andhika menempuh pendidikan dasar di MIS Ujong Kareung, kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Sabang, dan SMKN 1 Sabang. Saat ini, ia tengah menempuh studi S1 Hukum Keluarga Islam di STIS Nahdlatul Ulama Aceh. Di tengah kesibukan kuliah dan tugas sebagai imam, ia tetap aktif memperdalam ilmu syariah di Dayah Sirajul Munir Al-Aziziyyah, Gampong Cot Abeuk, Sabang.
Tanggung jawabnya sebagai imam muda tidak berhenti pada rutinitas memimpin shalat. Andhika membawa visi jangka panjang: membangun regenerasi pemuda yang siap menjadi penerus ulama dan pemimpin umat. Ia menegaskan, usia muda tidak boleh menjadi penghalang bagi generasi Z untuk mengambil peran strategis dalam kehidupan beragama dan sosial.
“Pemuda adalah kunci masa depan bangsa. Jangan biarkan lingkungan yang salah menentukan jalan kita. Kita harus siap menjadi pelanjut estafet generasi tua,” tegasnya.
Di tengah derasnya arus budaya pop dan tren modern yang sering menjauhkan generasi muda dari nilai-nilai religius, kehadiran Tgk. Muchtar Andhika menjadi bukti bahwa identitas sebagai Gen Z tidak bertentangan dengan komitmen spiritual. Ia menunjukkan bahwa anak muda juga mampu berdiri di garda depan, memimpin umat, dan membawa perubahan positif di masyarakat.




































