JAKARTA – Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Agama sepakat memberi ruang lebih luas bagi musisi religi lokal agar karya mereka dapat terdengar di ruang publik. Kesepakatan ini dicapai dalam pertemuan strategis antara Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo dan Menteri Agama Nasaruddin Umar di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (9/12).
Giring menekankan pentingnya penguatan nilai-nilai spiritual melalui musik religi karya anak bangsa, sekaligus menyoroti keresahan ekosistem musik terkait pemisahan antara karya cipta dan nilai ibadah.
“Kementerian Kebudayaan dan tim kerja mengajukan inisiatif untuk menghimpun berbagai asosiasi, termasuk pengelola pusat perbelanjaan dan kafe, agar pada momentum perayaan hari besar keagamaan seperti Natal dan Ramadan, ruang publik dapat memutar musik religi karya musisi Indonesia,” ujar Giring.
Ia menambahkan, “Ibadah dan karya merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu, Kementerian Kebudayaan mengajak Kementerian Agama mendukung agenda pemutaran musik religi karya anak bangsa di ruang publik, sebagai bentuk penguatan ekosistem musik religi nasional dan pengurangan dominasi karya dari luar negeri.”
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyambut positif inisiatif tersebut. Menurutnya, seni dan agama tidak dapat dipisahkan. Seni menjadi medium untuk menyuarakan dan menghidupkan nilai-nilai keagamaan. Kolaborasi lintas pihak dinilai penting untuk memberi manfaat ganda: memperkenalkan karya seni sekaligus meneguhkan peran rumah ibadah dalam kehidupan masyarakat.
“Pemerintah siap memberikan dukungan maksimal, termasuk menyiapkan berbagai sumber daya yang dimiliki untuk menyokong program Kementerian Kebudayaan memutar lagu-lagu religi karya anak bangsa di ruang publik. Ini demi mendorong kebangkitan dan keberlanjutan seni religi di Indonesia,” kata Menag.
Dalam pertemuan itu hadir perwakilan pelaku dan komunitas musik religi, antara lain Chrischof Lawalata (Worship Nite Project), Abdul Aziz dan Oktavia (Tim Hadad Alwi), Theo (Angklung Udjo), Joshua Artono (IFGF Praise), Raffie dan Imelda (Tim Konferensi Musik Indonesia), serta Staf Khusus Menteri Agama Gugun Gumilar.
Sebagai tahap awal, program ini dipilotkan pada momentum Natal dan Tahun Baru 2025, dengan prioritas pemutaran lagu-lagu religi Kristiani bertema Natal karya musisi lokal di ruang publik. Program ini direncanakan berkelanjutan dan akan diperluas ke perayaan keagamaan lain seperti Imlek, Ramadan, Waisak, Nyepi, serta hari besar keagamaan lainnya di Indonesia.




































