Jakarta, – Pemerintah Indonesia berhasil meraih pengecualian tarif dari Amerika Serikat (AS) sekaligus membuka akses pasar baru ke kawasan Eurasia melalui penguatan diplomasi ekonomi di tengah dinamika global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kerja sama perdagangan Indonesia dan AS menunjukkan perkembangan signifikan, termasuk pembahasan lintas sektor hingga akses terhadap critical minerals.
Terkait dengan pembahasan dengan Amerika Serikat, seluruh sektor dibahas, termasuk akses kepada critical mineral. Pemerintah telah memfasilitasi pembicaraan antara badan ekspor AS dan perusahaan critical mineral di Indonesia,” ujar Airlangga dalam dialog bersama media di Jakarta, Sabtu (27/12).
Pemerintah Indonesia dan United States Trade Representative (USTR) sebelumnya telah menyepakati seluruh substansi utama dan teknis dokumen Agreements on Reciprocal Trade (ART) dalam pertemuan di Washington D.C. Kesepakatan tersebut mengedepankan prinsip keseimbangan kepentingan kedua negara.
Melalui perjanjian ART, AS memberikan pengecualian tarif terhadap sejumlah komoditas unggulan Indonesia, antara lain minyak sawit mentah (CPO), kopi, teh, kakao, serta produk manufaktur padat karya. Kebijakan ini diharapkan mampu menjaga daya saing produk nasional sekaligus memberikan kepastian usaha bagi pelaku industri.
Airlangga menegaskan kolaborasi Indonesia–AS di sektor critical minerals bukan hal baru. Ia menyinggung keterlibatan perusahaan AS dalam industri pertambangan Indonesia yang telah berlangsung sejak lama, termasuk investasi Freeport sejak 1967.
Saat ini, dokumen ART telah memasuki tahap legal scrubbing dan finalisasi. Pemerintah menargetkan penandatanganan perjanjian tersebut oleh Presiden Republik Indonesia dan Presiden Amerika Serikat dapat dilakukan sebelum akhir Januari 2026.
Di sisi lain, pemerintah juga mendorong diversifikasi pasar ekspor melalui kerja sama dengan mitra nontradisional. Salah satu langkah strategis yang ditempuh yakni penandatanganan Free Trade Agreement (FTA) antara Indonesia dan Eurasian Economic Union (I-EAEU) pada 21 Desember 2025.
Perjanjian tersebut membuka akses pasar ke kawasan Eurasia yang meliputi Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Belarus, dan Armenia, dengan total populasi hampir 180 juta jiwa dan Produk Domestik Bruto mencapai US$2,56 triliun. Lebih dari 95 persen nilai perdagangan dalam perjanjian ini memperoleh preferensi tarif dengan rata-rata bea masuk mendekati nol persen.
Melalui FTA tersebut, Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor berbagai komoditas unggulan seperti CPO dan turunannya, alas kaki, kopi, kakao, tekstil, produk perikanan, hingga jasa berbasis digital dan ekonomi kreatif. Perjanjian ini juga diproyeksikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga 2,36 persen.
Untuk mempercepat implementasi perjanjian dagang, pemerintah mendorong pembentukan business council dan penyelenggaraan business forum dengan negara mitra, termasuk kawasan Eurasia dan Uni Eropa.
Pemerintah menjaga daya beli dalam negeri, membuka pasar baru, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Kesempatan ini terbuka bagi seluruh pelaku usaha, termasuk UMKM, untuk mengakses pasar global secara lebih kompetitif,” kata Airlangga.
Sejumlah menteri dan pejabat turut hadir dalam kegiatan tersebut, di antaranya Menteri Perdagangan Budi Santoso, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Menteri UMKM Maman Abdurrahman, Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, serta perwakilan asosiasi pelaku usaha nasional.




































