Jakarta — SMA Negeri 68 Jakarta menggelar pemutaran perdana film dokumenter “Dia Hilang di Antara Kabut”, Minggu (16/11), sebuah karya yang menelusuri kembali hilangnya Yudha Sentika, siswa SMA 68 yang raib di Gunung Kerinci pada 1990. Dokumenter ini bukan hanya membuka kembali memori tiga dekade lalu, tetapi juga menampilkan upaya terbaru revitalisasi tugu peringatan yang dibangun untuk mengenang Yudha.
Film tersebut menghadirkan rekonstruksi pendakian, wawancara eksklusif dengan para saksi, keluarga, hingga tim ekspedisi yang pernah terlibat dalam pencarian. Visual bernuansa kabut membawa penonton menyusuri detik-detik terakhir sebelum Yudha dinyatakan hilang, saat kabut tebal turun secara tiba-tiba di sekitar puncak Kerinci. Meski berbagai upaya pencarian telah dilakukan selama bertahun-tahun, keberadaan Yudha tak pernah ditemukan dan tragedi itu menjadi salah satu misteri pendakian paling membekas di Indonesia.
Acara pemutaran perdana turut dihadiri pendiri ELPALA, Dar Edi Yoga dan Eka Bama Putra; alumni angkatan 87 Rosma, Iqbal, dan Hery Latu; siswa pecinta alam dari berbagai sekolah; anggota ELPALA; serta keluarga Yudha Sentika yang diwakili oleh Ayu. Suasana haru mengiringi jalannya pemutaran, menghadirkan ruang refleksi bagi komunitas pecinta alam.
Dalam sambutannya, Dar Edi Yoga menegaskan bahwa dokumenter tersebut memiliki nilai sejarah penting bagi ELPALA. “Yudha adalah bagian dari perjalanan kami. Film ini bukan hanya mengenang, tetapi juga mewariskan semangatnya kepada generasi berikutnya. Ada pelajaran tentang keteguhan, kewaspadaan, dan kebersamaan di setiap langkah pendakian,” ujarnya.
Salah satu anggota ELPALA, Tiffany Sheena, mengaku terhanyut oleh cerita yang disajikan. “Rasanya seperti kembali berada di Kerinci. Ada kehilangan, tapi juga kebanggaan. Nilai keberanian dan solidaritas yang ditinggalkan Yudha sangat terasa,” tuturnya.
Ketua ELPALA, Dafa Maheswara, berharap dokumenter ini dapat memperkuat solidaritas generasi muda, khususnya komunitas pecinta alam. Ia menekankan bahwa revitalisasi Tugu Yudha Sentika bukan sekadar merawat monumen, melainkan merawat memori dan pesan penting mengenai keselamatan serta penghormatan terhadap alam.
“Dia Hilang di Antara Kabut” hadir bukan hanya sebagai dokumentasi sejarah, melainkan pengingat tentang kisah seorang remaja yang namanya tetap hidup dalam kabut Gunung Kerinci, sebuah warisan yang terus dijaga lintas generasi.




































