JAKARTA – Isu terkait ijazah palsu yang dituduhkan kepada Presiden RI ke-7, Joko Widodo, terus menjadi perbincangan publik. Menanggapi hal ini, Ketua Umum Rumah Kreasi Indonesia Hebat (RKIH), Kris Budihardjo, yang dikenal sebagai sahabat dekat Jokowi, menyebut tuduhan tersebut sebagai bagian dari narasi yang sengaja dibangun untuk mendiskreditkan Indonesia dan memojokkan figur nasional yang berpengaruh secara internasional.
“Kalau dipikir secara logika, mana mungkin seseorang bisa lima kali ikut pemilu, dari wali kota, gubernur, hingga presiden dua periode, tanpa melalui verifikasi ijazah yang ketat? Ini sebetulnya bukan soal ijazah, tapi ada motif besar untuk membuat Indonesia terlihat buruk di mata dunia,” tegas Kris saat ditemui di Jakarta, pada Rabu (7/5/2025).
Ia menyebut bahwa isu ini hanyalah upaya sebagian kelompok kecil yang tidak suka melihat Indonesia maju, apalagi di bawah kepemimpinan seperti Jokowi yang dianggap berhasil membawa citra Indonesia ke tingkat global. “Ada yang bahkan menyebut sekolah SD, SMP, dan SMA-nya Pak Jokowi palsu. Ini kan lucu, mengada-ada. Kalau hanya sekadar isu di media sosial mungkin bisa dimaklumi, tapi ketika orang-orang mulai datang ke rumah dan ke UGM untuk menuntut bukti, itu sudah melewati batas,” ujarnya.
Kris juga menyinggung bahwa tindakan semacam itu bisa memicu konflik sosial. “Masyarakat harus hati-hati. Orang Jawa punya filosofi: ‘nyari bumi paling pagi’. Kalau sudah menyangkut kehormatan dan keluarga, ini bisa membangkitkan perlawanan yang serius. Jangan sampai ada gesekan horizontal gara-gara isu yang sebenarnya absurd,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa yang harus diwaspadai bukan hanya penyebar isu, tetapi pihak-pihak di balik layar yang memiliki kepentingan besar. “Ini bukan sekadar tudingan terhadap individu, tapi ada desain besar yang tujuannya menjatuhkan reputasi Indonesia. Kita harus waspada terhadap kelompok-kelompok yang punya jaringan internasional dan tidak ingin negeri ini menjadi kekuatan global,” ujarnya.
Di akhir pernyataannya, Kris Budihardjo mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi. “Santai saja, jangan cepat terpengaruh. Kita harus lawan narasi negatif dengan prestasi dan fakta. Jangan biarkan Indonesia dinilai hanya dari gosip ecek-ecek seperti ini,” pungkasnya.
Penulis : Fahmy Nurdin
Editor : Fahmy Nurdin