JAKARTA – Aktivis sosial dan pengusaha wanita asal Papua, Aini Pattihahuan Gebze, menyuarakan keprihatinannya terhadap kondisi sosial dan lingkungan yang terjadi di Papua, khususnya di kawasan wisata unggulan Raja Ampat. Dalam sebuah pernyataan emosional, Aini mengungkapkan kesedihan dan kekhawatirannya atas berbagai ketimpangan dan eksploitasi yang terus berlangsung di tanah kelahirannya.
“Saya benar-benar merasa sedih melihat keadaan sekarang. Sudah terlalu lama keadilan belum hadir untuk Papua,” ujar Aini, kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (17/6). Ia menekankan bahwa kemarahan masyarakat Papua bukanlah bentuk kebencian terhadap Indonesia, melainkan jeritan hati yang meminta keadilan dan pengakuan hak sebagai warga negara.
Aini mempertanyakan mengapa Papua, yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alam seperti Raja Ampat, justru tertinggal jauh dibandingkan daerah lain. Ia menyinggung bahwa pembangunan memang ada, namun belum menyentuh akar kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
“Papua itu indah dan kaya. Tapi apakah rakyat Papua benar-benar menikmati hasil kekayaan itu? Rasanya tidak,” tambahnya.
Menurut Aini, masyarakat Papua sering kali dianggap tidak mampu atau kurang berpendidikan, padahal mereka memiliki hati yang tulus dan cinta tanah air. Ia juga menyindir bahwa banyak keputusan besar yang menyangkut sumber daya Papua tidak sepenuhnya melibatkan suara rakyat asli.
Ia menggambarkan Raja Ampat sebagai taman rumah yang tiba-tiba digali dan dirusak tanpa persetujuan pemiliknya. “Apakah Bapak akan senang jika taman rumah Bapak yang indah tiba-tiba dibongkar? Begitulah rasa kami terhadap Papua,” tegasnya.
Dalam penutup pernyataannya, Aini menyerukan kepada pemerintah untuk benar-benar hadir dan melindungi Papua, bukan hanya dari aspek pembangunan fisik, tetapi juga kelestarian alam dan martabat rakyatnya.
“Lindungi alamku, lindungi Papua. Ini bukan hanya untuk kami, tapi untuk Indonesia,” pungkasnya penuh harap.
Pernyataan ini merupakan refleksi pribadi dari Aini Pattihahuan Gebze, yang menyampaikan suara hati sebagai seorang putri daerah Papua dan aktivis sosial. Untuk menjaga keberimbangan informasi, redaksi juga mengundang pemerintah atau pihak terkait untuk memberikan tanggapan dan klarifikasi atas isu-isu yang disampaikan.
Penulis : Fahmy Nurdin
Editor : Fahmy Nurdin