JAKARTA – Persoalan yang membelit dunia kedokteran Indonesia bukan sekadar isu ekonomi. Menurut psikiater senior Dr. Mintarsih Abdul Latief, Sp.KJ, upaya pemerintah dalam menangani keresahan para dokter tidak akan efektif jika tidak diawali dengan pemahaman mendalam atas akar permasalahan yang ada.
“Kalau kita tidak tahu mekanismenya, bagaimana bisa mengatasi dengan baik?” tegas Dr. Mintarsih dalam wawancara khusus dikediamannya, di kawasan Buncit Raya, Senin (16/6).
Ia menyoroti ketidakpuasan sejumlah dokter terhadap kebijakan-kebijakan yang dinilai tidak berpihak kepada profesi mereka. Salah satunya adalah kebijakan impor dokter asing yang dinilai bukan solusi jangka panjang.
Menurutnya, perbandingan dengan negara seperti Malaysia kerap kali tidak adil karena pemerintah di sana memberikan sokongan nyata terhadap dunia kesehatan, mulai dari peralatan medis, pajak, hingga insentif bagi tenaga medis. Di Indonesia, kata dia, beban pajak yang tinggi terhadap rumah sakit dan dokter justru menambah tekanan.
“Dulu, saat saya menjadi mahasiswa kedokteran, semuanya gratis. Buku-buku pun disediakan. Sekarang? Biaya pendidikan tinggi, penghasilan dokter menurun, dan kompetisi kian ketat,” ungkapnya.
Dr. Mintarsih juga menyoroti perubahan karakter generasi dokter saat ini. Ia menilai, sistem yang terlalu menekankan aspek materialisme menyebabkan perubahan motivasi dalam profesi dokter.
“Dulu kita berangkat dari idealisme. Sekarang, dokter baru banyak yang goyah karena tekanan ekonomi,” ucapnya.
Terkait langkah organisasi kedokteran, ia berharap agar lebih berperan aktif dalam memperjuangkan nasib anggotanya dan tidak hanya bersikap reaktif.
“Mereka harus bisa menyuarakan keresahan anggotanya secara terstruktur. Tidak bisa hanya diam atau tunduk,” katanya.
Lebih lanjut, Dr. Mintarsih menekankan pentingnya menempatkan Menteri Kesehatan dari kalangan yang benar-benar memahami problematika dunia kedokteran.
“Kebijakan tidak bisa dilepaskan dari konteks profesi. Kalau hanya hitung-hitungan ekonomi, itu keliru,” ujarnya.
Di akhir wawancara, ia menitipkan pesan bagi para calon dokter muda agar tidak melupakan esensi profesi kedokteran sebagai bentuk pengabdian.
“Jadilah dokter yang utuh. Pahami bahwa tugas kita bukan hanya menyembuhkan, tapi juga melayani kemanusiaan. Jangan sekadar kejar materi,” pungkasnya.
Penulis : Fahmy Nurdin
Editor : Fahmy Nurdin