Prosesi Malam Satu Suro di Pura Mangkunegaran Solo: Momentum Pelestarian Budaya dan Spiritualitas Islam

- Jurnalis

Kamis, 26 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Willy Lesmana Putra Keluarga Mangkunegaran bersama Sejumlah Tokoh Penting dari Provinsi Riau. (Dok-Istimewa)

Foto: Willy Lesmana Putra Keluarga Mangkunegaran bersama Sejumlah Tokoh Penting dari Provinsi Riau. (Dok-Istimewa)

SoloPura Mangkunegaran Solo kembali menggelar prosesi sakral perayaan Malam Tahun Baru Islam 1 Muharram atau Malam Satu Suro, pada Kamis malam, 26 Juni 2025, yang menjadi bagian dari warisan budaya dan spiritual masyarakat Jawa. Acara yang berlangsung khidmat ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, pejabat, masyarakat umum, serta tamu undangan kehormatan dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam kesempatan kali ini, hadir sejumlah tokoh penting dari Provinsi Riau, di antaranya Solihin, tokoh pelestarian alam; Dahen Tawakal, pengurus Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis; Beng Sabli, tokoh pemuda Riau; serta generasi muda seperti Muhammad Arrafi Tawakal (Rafi) dan Muhammad Tommy Arima, tokoh muda dari Keluarga Mangkunegaran. Tak ketinggalan, Willy Lesmana Putra, juga dari keluarga Mangkunegaran, turut hadir sebagai bagian dari kerabat istana.

Kirab Pusaka dan Tradisi Sakral

Sebagai inti acara, kirab pusaka menjadi sorotan utama. Pusaka-pusaka peninggalan leluhur Mangkunegaran dikeluarkan dari dalam istana untuk disucikan, lalu diarak mengelilingi kompleks Pura Mangkunegaran dan sebagian wilayah Kota Surakarta.

Kirab ini merupakan bagian dari ritual tahunan yang mengandung makna spiritual, perlindungan, serta penghormatan kepada warisan budaya dan leluhur.

“Kirab pusaka ini bukan sekadar tradisi, tapi simbol keberlanjutan nilai sejarah dan spiritualitas yang harus dilestarikan,” ujar Willy Lesmana saat diwawancarai, Kamis (26/6).

Foto: Willy Lesmana Putra, Muhammad Tommy Arima Keluarga Mangkunegaran dan Muhammad Arrafi Tawakal (Rafi) anak muda generasi Z dari Provinsi Riau. (Dok-Istimewa)

Kolaborasi Budaya dan Rasa Hormat Antar Daerah

Keikutsertaan tamu dari luar Jawa, seperti dari Riau, menunjukkan kekuatan semangat persatuan dalam keberagaman. Meski berasal dari suku Melayu, para tamu dari Riau turut menyesuaikan diri dengan mengenakan busana adat Jawa sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya tuan rumah.

“Walau kami dari Melayu Riau, kami merasa terhormat bisa mengenakan pakaian adat Jawa. Ini bentuk toleransi dan penghormatan antarbudaya,” ungkap Dahen Tawakal.

Sementara itu, Beng Sabli mengaku bangga bisa hadir dan menyaksikan langsung perayaan ini. “Sebagai tokoh muda, saya merasa ini adalah pengalaman berharga. Nilai-nilai sejarah dan budaya ini akan kami bawa pulang dan bagikan kepada generasi muda di Riau.”

Harapan untuk Generasi Muda

Generasi Z, seperti yang diwakili oleh Muhammad Arrafi Tawakal, menyatakan antusiasmenya untuk mempelajari lebih dalam tradisi ini dan menyebarkan nilai-nilainya kepada masyarakat di daerah asal.

“Setelah saya melihat langsung prosesi ini, saya akan membawa semangatnya ke Riau, terutama untuk menginspirasi anak muda agar menghargai budaya dan spiritualitas,” ujarnya.

Sebagai informasi, Prosesi Malam Satu Suro di Mangkunegaran bukan hanya sebuah perayaan, melainkan jembatan antara sejarah, budaya, dan nilai-nilai Islam yang terus dijaga hingga kini.

Kehadiran tokoh-tokoh dari berbagai daerah menambah nilai kebersamaan dan menjadikan acara ini sebagai contoh nyata pelestarian budaya lintas suku dan generasi.

Penulis : Fahmy Nurdin

Editor : Fahmy Nurdin

Berita Terkait

Diduga Sarat Monopoli, Pengadaan di Dispora DKI Jakarta Disorot LSM Antikorupsi
Forki Kota Depok Tampil Perkasa, Juara Umum di Shureido International Karate Cup 2025
Karsa Seni Indonesia Gelar Pamit Misi Budaya “Exquisite Indonesia” 2025, Siap Tampilkan Tarian Nusantara di Eropa Timur
Ivan Ghifary Karo Karo Sabet Emas di Shureido Cup Usai Tumbangkan Karateka Filipina dan Malaysia
Raden Sawunggaling: Pahlawan dari Surabaya yang Dilupakan Sejarah
Pemda Kuningan Buka Status Tanah Eks Pendopo Bupati, Sultan Sepuh: Statusnya Cuma Hak Pakai, Lalu Siapa Pemiliknya?
Ucapan Selamat dari Forum Pemred SMSI: Sinergi Polri dan Pers Kunci Demokrasi
Bangkit Sanjaya: Musisi Rock Keturunan Keraton yang Hidupkan Tradisi dan Pemberdayaan Masyarakat

Berita Terkait

Selasa, 8 Juli 2025 - 14:41 WIB

Diduga Sarat Monopoli, Pengadaan di Dispora DKI Jakarta Disorot LSM Antikorupsi

Minggu, 6 Juli 2025 - 21:39 WIB

Forki Kota Depok Tampil Perkasa, Juara Umum di Shureido International Karate Cup 2025

Minggu, 6 Juli 2025 - 20:51 WIB

Karsa Seni Indonesia Gelar Pamit Misi Budaya “Exquisite Indonesia” 2025, Siap Tampilkan Tarian Nusantara di Eropa Timur

Jumat, 4 Juli 2025 - 22:19 WIB

Ivan Ghifary Karo Karo Sabet Emas di Shureido Cup Usai Tumbangkan Karateka Filipina dan Malaysia

Jumat, 4 Juli 2025 - 11:47 WIB

Raden Sawunggaling: Pahlawan dari Surabaya yang Dilupakan Sejarah

Berita Terbaru