CIREBON – Dalam merespons berbagai perdebatan dan silang pendapat yang belakangan marak di masyarakat, terutama terkait isu keturunan atau nasab. Kanjeng Gusti Sultan Sepuh Pangeran Kuda Putih Syarif Maulana Pangeran Heru Rusyamsi Arianatareja (Sultan Sepuh PKP) menyampaikan pernyataan tegas dan damai.
“Stop dan akhiri gaduh nasab. Kita semua bersaudara dalam iman dan Islam,” ucap Kanjeng Gusti Sultan Sepuh dalam keterangan diterima redaksi okjakarta.com, Minggu (10/8/2025).
Apa yang Terjadi?
Belakangan ini, terjadi kegaduhan di media sosial dan ruang publik terkait klaim-klaim nasab atau garis keturunan, khususnya yang berkaitan dengan tokoh-tokoh adat, bangsawan, dan ulama. Isu ini menimbulkan perpecahan, saling serang, dan ketegangan antarkelompok di masyarakat.
Siapa yang Menyampaikan Pernyataan Damai Ini?
Sikap damai dan ajakan untuk mengakhiri perpecahan ini disampaikan oleh Kanjeng Gusti Sultan Sepuh PKP Heru Rusyamsi Arianatareja, tokoh spiritual dan budaya dari Cirebon yang dikenal luas atas kiprahnya dalam menjaga nilai-nilai kearifan lokal, tradisi Islam Nusantara, dan ukhuwah islamiyah.
Kapan dan Di Mana Pernyataan Disampaikan?
Pernyataan ini disampaikan pada Minggu, 10 Agustus 2025, dalam sebuah pernyataan resmi yang dikeluarkan dari Keraton Cirebon, sebagai bentuk tanggapan atas meningkatnya eskalasi perdebatan terkait nasab di berbagai media dan forum publik.
Mengapa Isu Ini Penting?
Menurut Sultan Sepuh PKP, gaduh nasab bukan hanya mencederai keharmonisan umat, tetapi juga bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya persaudaraan antar sesama muslim. Ia mengutip Surah Al-Hujurat ayat 10:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Sultan menjelaskan bahwa Islam mengajarkan ukhuwah yang mendalam dan menyeluruh, bukan hanya berdasarkan darah atau keturunan, tetapi karena keimanan yang menyatukan hati-hati manusia.
Bagaimana Sultan Menyerukan Persatuan?
Dalam seruan damainya, Sultan Sepuh PKP menyampaikan beberapa poin penting:
• Makna Persaudaraan. Persaudaraan dalam Islam bukan sekadar hubungan kekerabatan, melainkan persaudaraan berdasarkan keimanan. Siapa pun yang mengucapkan syahadat adalah saudara seiman.
• Tanggung Jawab Bersama. Setiap muslim berkewajiban untuk menjaga, melindungi, dan membantu sesamanya, bukan justru memperkeruh keadaan dengan mencaci, menyudutkan, atau mengklaim kebenaran sepihak.
• Larangan Dalam Persaudaraan. Sultan mengingatkan kembali larangan Nabi Muhammad SAW terhadap perbuatan hasad (dengki), bohong, dan saling merendahkan antar sesama muslim.
• Kewajiban Sesama Muslim. Di tengah konflik ini, Sultan menekankan perlunya saling menasihati dalam kebaikan, menjaga kehormatan, serta menghindari fitnah dan adu domba.
Pesan Damai: Akhiri Konflik, Rajut Ukhuwah
Sultan mengajak semua pihak yang terlibat untuk menahan diri dan kembali kepada nilai-nilai Islam yang sejati: persaudaraan, kasih sayang, dan takwa kepada Allah SWT.
“Jangan biarkan ego, ambisi, dan klaim sepihak menghancurkan tali ukhuwah yang telah dibangun oleh para wali dan ulama terdahulu. Jika kita mengaku mencintai Rasulullah SAW, maka teladanilah akhlak beliau yang santun dan mempersatukan, bukan memecah-belah,” tegas Sultan.
Pernyataan tegas dan menyejukkan dari Kanjeng Gusti Sultan Sepuh PKP menjadi pengingat penting di tengah derasnya arus disinformasi dan konflik identitas.
Ia menegaskan bahwa Islam adalah agama persaudaraan, bukan permusuhan. Gaduh nasab hanya memperuncing perpecahan, sementara ukhuwah memperkuat peradaban.