JAKARTA – Puluhan wartawan yang pernah bernaung di bawah bendera surat kabar Amunisi menggelar temu kangen di Rumah Makan Simpang Raya, Jakarta Pusat. Acara penuh kehangatan ini diinisiasi oleh Budi. Setiawan mantan wartawan media Amunisinews. yang biasa meliput di dunia politik di Senayan.
Pertemuan ini menghadirkan jurnalis senior seperti Al-Amin, Mustofa, Rasian, Akib, Ramdhani, Darsani, Mubahir, Rukmana, Bambang, dan Bowo

. Mereka mengenang perjuangan membesarkan Amunisi serta mendoakan dua pendiri yang telah wafat, Hendra Usmaya dan Maliki Hidayat.
“Pertemuan ini penting untuk menjaga silaturahmi dan mengenang masa-masa penuh suka duka saat membesarkan Amunisi. Bang Hendra dan Pak Maliki adalah guru luar biasa bagi kami,” ujar Budi penuh haru.
Bowo, salah satu peserta, mengenang pengalaman pribadinya bersama almarhum Hendra Usmaya. “Sebagai wartawan TV, saya tidak terbiasa menulis. Tapi Bang Hendra memaksa saya. Tulisan saya dimuat keesokan harinya, rapi dan tajam. Itulah magisnya Hendra,” ungkapnya.
Tak hanya menjadi ajang nostalgia, acara ini juga diwarnai diskusi serius tentang kasus dugaan suap yang menyeret Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan humasnya, serta dampaknya terhadap Direktur Jak TV.
Ketua Umum Forum Perhimpunan Wartawan Indonesia (Forum PWI), Rukmana, S.Pd.I., CPLA, menilai kasus ini sebagai ancaman serius bagi kebebasan pers. “Kegiatan jurnalistik tidak bisa dikriminalisasi. Wartawan bekerja di wilayah yang dilindungi oleh UU Pers No. 40 Tahun 1999,” tegasnya.
Ia menyoroti tudingan terhadap Tian Bahtiar dari Jak TV yang menerima sponsor untuk kegiatan seminar publik sebagai bentuk kriminalisasi. “Itu bukan suap atau pemufakatan jahat, melainkan bagian dari kerja jurnalistik yang sah,” katanya.
Hal senada disampaikan Ramdhani dari Deteksijaya. Ia meminta Kejaksaan Agung bertindak bijak. “Wartawan bukan ASN. Jangan seret kegiatan jurnalistik ke ranah pidana tanpa pemahaman utuh tentang profesi kami,” ujarnya.
Acara ditutup dengan makan bersama, doa, dan rencana menyelenggarakan kegiatan besar untuk mengenang karya-karya legendaris almarhum Hendra Usmaya.
Editor : Helmi AR